Selasa, 27 Desember 2011

2PM....2PM...Hottest

Siapa yang ga tau 2PM?? tau doonkk!!!!!

Ga tau kenapa mereka bener2 bkin aku gila,,,,(Ini semua karena TYAS TRIATMI yang udah ngenalin 2PM ke aku...) hhahahhhaha!!! sebelumnya aku ga pernah yang namanya ngefans sampe kyak gini banget,,,hohoho...tapi yang pasti 2PM (ada Junsu, Taecyeon, Nichkhun, Wooyoung, Junho n' Chansung) ,,,sarangaeo,,,,

Check it this amazing piict....


ni 2PM lagi jadi iklan Mr. Pizza.....


my cute wooyoung,,,


udongiee,,,,,,muaachh


woo, khun, junho....so handsome,,


ini 2PM artisnya produk NEPA....


Selain NEPA, 2PM juga artisnya coca-cola ni,,,,


POkoknya semangat terus buat 2PM,,,,,,berharap banget bisa ketemu. I love 2PM pake bangeeetttt,,,,!!!!
Sukses aja,,,,,ntar maen ke Solo ya Oppa,,,,hahhahha,,,!!! Dah 2 kali ke Jakarta tapi ga pernah bisa datang juga wat nonton,,!!! Oppa fighting,,,!!!




Selasa, 20 Desember 2011

I love wooyoung,,,,,,,wooyoung,,,wooyoung,,,,the cute very very cute boyy,,,

Check it out,,,,,

GA tau kenapa love him,,love him,,,

 so charismatic ,,,,,love,,like it,,

so cuuuuuuuuteeeeeeeeeeeee,,,,,



I hope can meet him although just shakehand with himmm,,,,,,,
aaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhmmmmmmmmmmm,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,bikin C.R.A.Z.Y,,,,,,,



Jumat, 09 Desember 2011

Puisi Agus

Aku menangis batinku meronta
Aku iri pada mereka yang sempurna dan ceria
Aku gelisah dan cemburu
Melihat dan mendengar canda tawa mereka

Terkadang aku marah dan kecewa
Untuk apa aku dilahirkan ke dunia
Bila hanya dipandang sebelah mata
Apakah seperti itu memang mata dunia?
Yang selalu memandang hina para tuna daksa

Oh Tuhan yang Maha Perkasa
Tolong bukakan mata dunia
Tunjukkan pada mereka
Tuna daksa mampu berkarya

BY: Dedi Agus

The Real Life

Hari ini dapet pelajaran hidup yang berharga dari seorang  penyandang cacat cerebral palsy sejak lahir. Ceritanya membuat airmataku menetes dan menyadari bahwasanya masih banyak orang yang kekurangan dengan cerita hidup yang menyedihkan di luar sana. Ya Allah ampuni aku yang tak pernah bersyukur akan kasih sayangmu dan karuniamu. Q akan bagi cerita ke temen-temen semua, semoga bisa membuat kita bisa lebih memaknai hidup dengan kehidupan kita yang sempurna dibandingkan mereka yang memiliki kekurangan fisik.
Walaupun hidupnya selama 22 tahun tak pernah diakui sang ibu, Agus begitu panggiilannya selalu berusaha untuk bisa menjadi anak yang bisa membuat bangga orang tuanya. Agus adalah anak pertama dari 4 bersaudara. Dan kini sedang belajar di  BBRSBD Solo. Sedangkan dia sendiri tinggal di Bontang Kalimantan Timur.
Agus memiliki kelebihan dalam berkarya membuat puisi dan juga dalam olahraga. Pernah suatu kali mengikuti lomba baca puisi di Bali dan mendapatkan juara dengan hadiah 20 juta rupia dan semua uangnya diberikan seluruhnya ke ibunya. Dan seperti yang dulu, ibunya tak pernah bersyukur memiliki anak seperti Agus, “ibu saya itu ga pernah bersyukur”, begitu ungkapnya. (UMS 10/12/2011). Bukan hanya sampai disitu usahanya untuk bisa membuat ibunya melihat dia. Agus mengikuti PORCANAS (Pekan Olahraga Cacat Nasional) di Surabaya dan kini dengan hadiah yang lebih besar 150 juta rupiah, namun entah mengapa dia hanya menerima setengah dari itu yaitu 75 juta rupiah.  Dan betapa cintanya Agus pada ibunya, semua uang itu diberikan lagi seluruhnya pada ibu tersayang. Namun apa yang terjadi? Ibunya malah pergi meninggalkan Agus dengan uang yang diberikannya itu, dan Agus tak tahu dimana keberadaan ibunya tersebut. “Ibu saya tidak tahu sekarang saya ada dimana!”, begitu ucapnya.
Dari kecil, Agus diasuh oleh neneknya. Untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup Agus dengan kekurangan fisiknya berjualan obat-obatan herbal dari satu tempat ke tempat lain. Namun sebelum itu, Agus pernah menjadi pemulung bahkan memakan sisa makanan yang ada di sampah, begitu ungkapnya saat ditanya mengenai kisah hidupnya. Bukan hanya itu, Agus juga terjerumus dalam kehidupan preman yang ada di Kaltim sana, meminum minuman keras dan juga dunia rokok menjadi kehidupannya. Namun setelah bertemu dengan seseorang yang mengajaknya untuk hidup di Pesantren salaf di Balikpapan semua ditinggalkan dan mulailah ia menjual obat-obatan herbal dengan penghasilan yang lumayan 300 ribu/hari. Hidup itu memang penuh tantangan dan warna! Agus tak pernah patah semangat. Walaupun ibunya meninggalkannya entah pergi kemana, namun Agus selalu berpikiran positif dengan rencana Allah SWT. Bahwa Allah akan memberikan rencana yang indah dalam hidupnya...!!  Terus berjuang untuk Agus....kibarkan karyamu dan terbanglah menjadi manusia yang terbaik. 


Kamis, 08 Desember 2011


Sakit….

Memang benar apa kata orang
Perasaan cinta dan suka bisa saja berkurang
Walaupun selalu terpikir hingga petang
Apa daya kau tak pernah memandang

            Sakit…
            Merasa terhimpit
            Bisakah kau menoleh sedikit??
            Dada ini sesak, kau tahu aku sakit?

Haruskah aku jadi pengemis cinta??
Walaupun sebenarnya aku tahu kau akan diam saja
Walaupun aku tahu kau lebih memandang dia
Walaupun aku tahu kau tak pernah memiliki rasa

            Enyah saja kau
            Pergi saja kau
            Hilang saja kau
            Walaupun jiwa ini tak akan rela akan kehilanganmu

Dhie_young

Yah,,,,,beginilah hiduuppp,,,,,!!!!
penuh dengan sensasii,,,,!!!! Dan sensasi yang sekarang tengah terjadi adalah percintaan berbeda umur,,,,hahha
kalo cewek suka ma cowok yang lebih tua,,,tu mah biasaaa,,,,tapi klo cewek yang lebih tua suka sama cowok yang lebih muda,,,??? apa jadinyaaa??? ga jadi apa-apa sih,,,,biasa aja,,,,hmfth

Dan tu sekarang terjadi sama gue,,,hahahha,,,,ma spa??? gue harus jaga nama baek dia doooonkkk!!! (Padahal gue yang harus menjaga nama baek gue) hahhahaha,,,,,
Pokoknya yang itu lohh,,,,yang ganteeenggg,,,yang maniiiisss,,,,(dirubungi semut dooonkkk!!!),,,hhmmm,,,,,

GALAU,,,,

Rabu, 07 Desember 2011

Cerbung..


My Friend, My Love

 “iya bun, Nevhi disini baik-baik aja kok!”
“kok kamu nggak pulang-pulang sih sayang? Betah ya di kos?”, suara bunda Nevhi terdengar di seberang sana.
“kan sekolah Nevhi belum libur bunda sayang!”, jawabnya sambil menyisir rambutnya yang lurus.
“Nevhi...dari tempat kost kamu ke rumah kan hanya 2 jam, kalau bisa sabtu kamu pulang ya sayang!”
“iya bunda! Kalau sempat Nevhi pulang deh.”
“ya sudah kalau begitu, hati-hati ya sayang!”
“iya bunda, salam buat ayah!”
“iya, nanti bunda sampaikan”
Setelah menutup telepon, Nevhi segera beranjak dari kamarnya bersiap untuk berangkat ke sekolah. Setelah yakin kalau kamarnya terkunci rapat, segera Nevhi keluar dan mengeluarkan mio kesayangannya yang berwarna merah. Terlihat mama Yani, sang empunya kos sedang menyapu halaman yang penuh dengan daun-daun berjatuhan.
“mama, Nevhi sekolah dulu ya!”, pamit Nevhi pada mama Yani
“ya, hati-hati ya sayang!”
“oke ma,,da...da..mama!”, Nevhi melajukan motornya.

# # #

“eh Nev, kok kemaren gue sms nggak dibales sih?”, sapa Alya pada Nevhi yang sudah menantinya di parkiran sekolah mereka. Karena peraturan mereka, siapa yang datang duluan harus menunggu yang belum datang di parkiran.
“gimana mau bales, pulsa aku nol rupiah!, udah ngerjain english belom?”, Nevhi mencubit pipi Alya.
“sakit tau! udah dong, ya nggak maulah dikeluarin sama miss perfect..hahaha”, mereka tertawa lepas
“ke kelas yuk!”, ajak Nevhi
“yuk”
Mereka berdua melangkahkan kaki menuju kelas. Sebagian murid selain mereka sudah datang dam membuat keributan di kelas.
Puspita Nevhi Atmaja dan Alya Athira Novansa memang sudah sangat dekat semenjak SMP, setelah lulus mereka memutuskan untuk satu sekolah lagi dan sepakat untuk masuk ke jurusan IPS di SMA yang sama, karena mereka sama-sama menyukai ilmu bumi dan sangat kebetulan, mereka selalu sekelas sampai saat ini kelas XII SMA. Alya yang sangat aktif di OSIS di bagian kesenian, selalu memberikan berita untuk semua murid yang berbakat dalam kesenian jikalau ada lomba-lomba. Dan Nevhi yang cerewet dan bawel, sangat pas bila saat ini dia memegang jabatan sebagai wartawan untuk MASKOL alias majalah sekolah mereka. Dan keduanya tidaklah asing bagi siswa-siswi SMA Nusa Bangsa ini.
 “sssstttttt,,,,,,!”, Nevhi yang baru saja datang tiba-tiba mendiamkan keributan di dalam kelasnya.
 “kenapa nev?”, tanya Andi, ketua kelas XII IPS 2
 “Ngga apa-apa, kita mau lewat aja”, jawab Nevhi santai dan membuat Alya tertawa lepas
 “Ada-ada aja sih”, bisik Alya
 “Huhuhuhuhhuhuhuhu,,,,,,,,”, teriakan anak-anak kelas serentak
Nevhi hanya tertawa.
Selang 5 menit setelah mereka masuk ke dalam kelas, pelajaran bahasa inggris dimulai. Kelas pun menjadi tenang karena guru yang mengajar mereka merupakan guru killer bagi mereka. Jadi tak seorang pun yang ingin bermasalah dengan Bu Nanny.
           

# # #

“Untuk majalah bulan depan, kita akan mewawancarai Davin kapten basket yang baru saja menjuarai pertandingan basket se-kota kita ini, kemudian Devina yang sekolah sambil bekerja dengan menjadi model dan satu lagi Pak Jaya, bagaimana pandangan beliau tentang majalah kita, jadi disini saya akan membagi tugas, Desi untuk Pak Jaya, Lina untuk Devina, dan Nevhi untuk Davin, oke? Sepakat?”
“Bar, memangnya nggak ada orang lagi ya yang bisa aku wawancarai selain Davin, atau tukeran gitu?”, protes Nevhi.
“Kayaknya sih nggak ada lagi dan nggak bisa Nev, semua sudah dibagi dan nggak boleh ada yang membantah!”, jawab Akbar dengan jelas
“Siapa tau aja CLBK Nev!”, celetuk Weni
“Tau apa loe?”, bentak Nevhi yang memang sangat sensitif, kalau ada yang mengungkit-ungkit hubungan dia dengan Davin satu tahun silam.
“Udah..udah...kontrol emosi kamu Nev!”
“Gua nggak suka ya, kalo ada yang ngomongin hubungan gue sama Davin”, Nevhi memperjelas
“Ya sorry, gua nggak maksud”, ujar Weni cuek dan membuat Nevhi ingin mengacak-acak rambutnya.
“Oke kita lanjutkan.....bla....bla.......”

# # #

Setelah rapat, Nevhi berjalan menuju kantin. Alya sudah menunggunya disana.
“Kenapa loe Nev? Kusut banget tuh muka”, tanya Alya seraya menyeruput es teh di hadapannya.
“Bete gue, Weni cari masalah sama gue”
“Cari masalah gimana?”
“Biasa, ngomongin yang bikin gue sensi banget”
“nggak sengaja kali Nev, loe jangan gitulah...”, Alya paham apa yang membuat sahabatnya bisa sesensi itu dan berusaha membuat dingin suasana
“Ya mungkin gitu, tapi kan loe tau banget, gua paling nggak suka kalo ada yang ngomongin hubungan gue sama kodok satu itu”
“Kan gue yang tau, orang lain belum tentu tau dan ngerti gimana loe kan?”
“Emang loe my best friend banget al, aku padamu deh, hahaha....”, keduanya tertawa lepas saling bercanda
“Ada maunya aja, baru aku padamu, huhu...dah cepetan baksonya dimakan, keburu bel masuk ntar”

# # #

“oke bisa, siapa ntar yang wawancara gue?”, tanya Davin pada Akbar saat berpas-pasan di kantin
“Nevhi, nanti dia yang wawancara kamu Vin”
“Oh, Nevhi? Tapi gue bisanya di rumah nggak apa-apa kan? Soalnya gue ada acara, jadi ntar langsung pulang”
“Oke, ntar gue sampein ke Nevhi, jam berapa loe bisanya?”
“Hmm, jam 5 sore lah, gue bisa!”
“Oke, thanks ya bro!”
“Yupz”

# # #

“Ntar bisa anterin gue kan Al?”, tanya Nevhi ke Alya di mobil dalam perjalanan pulang
“Kemana?”, jawab Alya yang tak menoleh sama sekali ke arah Nevhi karena pantang baginya, selama nyetir mobil tolah-toleh selain ke depan.
“Ke rumah Davin”
“Kok ke rumahnya sih? Emang nggak bisa apa wawancara di sekolah?”
“Kata Akbar nggak bisa, Davin ada acara abis sekolah jadi dia pulang cepet, dan baru bisa diwawancarai ntar jam 5 sore”
“Jam 5? Gue nggak bisa sayang, loe tau kan setiap jam 4 sore hari selasa gue harus nemenin mami ke tempat fitness, jadi sorry banget ya Nev”
“Ya udah deh, gue sendiri aja”
“Loe nggak apa-apa kan say kalo sendiri?”
“Nggak kok”
Alya melajukan mobilnya untuk mengantar Nevhi.

# # #
“Vin, kok Nevhi nggak pernah main ke rumah lagi ya?”, Tanya mamanya
“Kan sudah dibilang dia lagi sibuk ma! Jadi nggak sempet kesini”
“Tapi kan setidaknya sekali-kali main ke rumah, mama jadi kangen aja sama Nevhi”
Davin mencoba tak menggubris apa kata mamanya. Apa harus dia mengatakan kalau dirinya dan Nevhi sudah tak ada hubungan lagi? Padahal mamanya sudah menganggap Nevhi seperti anakn ya sendiri bahkan sepertinya lebih menyayangi Nevhi daripada dirinya dan Eza adiknya yang masih kelas 6 SD.
“Kamu sama Nevhi baik-baik aja kan saying?”
Akhirnya pertanyaan yang “ditunggu-tunggunya” terlontar dari mulut mamanya.
“Iya dong ma, Davin sama Nevhi baik-baik aja kok!”, jawab Davin terlihat gugup. “kalo jadi sih, mungkin ntar sore Nevhi kesini ma!”
“Beneran kamu? Ya sudah mama mau nyiapin singkong keju kesukaan Nevhi dulu”
 “Hufh”, Davin bernafas lega.
# # #

“Permisi,,,”
Seseorang yang tak asing lagi membukakan pintu untuk Nevhi. “eh,,non Nevhi, lama nggak kesini lagi, sudah hampir 3 bulanan ya non”
“Eh...iya bi, bibi apa kabar?”, Nevhi berusaha menenangkan dirinya yang terlihat agak gugup.
“Baik atuh non, masuk yuk non!”
“Siapa bi?”, teriakan dari dalam, dan itu pasti suara Tante Sherly, mamanya Davin
“Ini nyah, ada non Nevhi”
“Siapa? Nevhi?”, Tante Sherly tiba-tiba keluar dari ruang keluarga
“Ya ampun...Nevhi apa kabar sayang? Kok nggak pernah main kesini lagi sih? Tante kangen banget sama kamu, tadi kata Davin sore ini kamu mau maen kesini, jadi tante udah siapin singkong keju kesukaan kamu. Ayo masuk!”
“Iya tante, Nevhi baik-baik aja kok. Sekarang Nevhi banyak tugas tante, kan sudah kelas 3 tan”
“Iya, Davin juga sudah cerita, kalau kamu banyak tugas, makanya nggak sempat kesini ya? Sampai-sampai waktu Davin masuk rumah sakit seminggu kemaren itu, dia nggak bolehin tante nelpon kamu, katanya kamu sibuk banget gitu”
“Davin masuk rumah sakit tan?”, Nevhi terlihat agak kaget
“ma.., keju yang di kulkas kok habis ya?”, tanya Davin yang baru sadar kalau ternyata Nevhi sudah datang. “Ayo cepetan masuk, tugasnya numpuk ni!”, Davin menarik tangan Nevhi menuju gazebo belakang rumahnya.
“Ya sudah tante bikinin kamu singkong keju kesukaan kamu ya sayang, tante mah masih inget kesukaan nevhi”
“Oh iya tan, makasih”
# # #
“Apaan sih! Sakit tau!”, Nevhi mengelus tangannya yang habis ditarik Davin kuat.
“Maaf!”
Keduanya saling diam. Tak ada yang bersuara sama sekali. Entah apa yang mereka berdua pikirkan, apakah mencoba mengenang kisah mereka, atau menyesal dengan pertemuan ini.
“Hmm....”, keduanya saling bersamaan
“Kamu dulu aja deh”, ujar Davin
“Kita langsung aja wawancaranya, aku nggak punya banyak waktu!”
“Oke!”
Keduanya tak seakrab dulu, semuanya berjalan dengan kondisi yang berbeda dari yang pernah terjadi di antara mereka. Agak kaku dan tak bersahabat.
Nevhi membuka tasnya dan merogoh alat perekam yang sudah dibawanya dari rumah. Dan juga membuka kertas, tentang bahan yang akan ditanyakan ke Davin.
Waktu 20 menit cukup kiranya untuk Nevhi mewawancarai Davin. Ingin rasanya, Nevhi cepat-cepat meninggalkan rumah Davin.
Tante Sherly datang membawa singkong keju buatannya. “Ini singkongnya, dimakan ya sayang”
“Iya tan, jadi ngerepotin tante nih”
“Mama nggak pernah merasa di repotkan sama kamu, iya kan ma?”, Davin minta persetujuan dari mamanya.
“Iya atuh, tante mah seneng neng geulis Nevhi bisa main kesini lagi, ya sudah dimakan dulu, tante tinggal ke dalam ya”
Iya tante, makasih banyak”, Nevhi tersenyum.
Dimakan Nev!”, Davin mempersilahkan dengan sikap yang dingin.
Nevhi mengambil potongan singkong keju di depannya, tanpa menanggapi tawaran Davin. Selesai melahap satu potongan singkong keju bikinan Tante Sherly, Nevhi pamit pulang.
Aku pulang dulu, dah mau malem”, nevhi beranjak dari tempat duduknya.
“Nev!”, Davin menarik tangan Sherly. “Plis, jangan pulang dulu!”,pintanya
Nevhi menarik tanganya cepat.
Aku harus pulang Vin, banyak yang harus aku kerjakan”
“Plis Nev, kamu mau temenin aku keluar kan, malam ini aja kok, aku kangen masa-masa dulu sama kamu, setelah itu aku janji nggak bakal ganggu kamu lagi!”
Semua sudah berakhir Vin, nggak ada lagi masa-masa dulu, semua sudah terhapus”
Semuanya nggak bisa dijelaskan Nev!
“Aku nggak butuh penjelasan lagi, semuanya sudah cukup jelas buat aku. Kamu lebih memilih Manda daripada aku. Aku pulang!”, kaki Nevhi baru saja menuruni tangga pertama dari atas, Davin menarik tangan Nevhi untuk yang kedua kalinya.
Plis, aku mohon Nev! Untuk malam ini aja, selebihnya aku nggak akan ganggu kamu lagi”, suara Davin terisak.

Akankah Nevhi memenuhi keinginan Davin??? Apakah masih ada rasa di sana, jauh di lubuk hati Nevhi??? To be continued,,,

Puisi

Hatiku
By: dhie
Aku tak pernah tahu apa maksudmu
Hilang tak menentu
Datang dengan kehendakmu
Membuat asaku menggebu

      Harusnya kau tahu
      Aku menginginkanmu
      Aku menyayangimu
      Aku akan terus ada untukmu

Tapi…
Apakah aku salah dengan rasa ini?
Apakah aku layak untuk merasakan ini?
Semua otakku hanya terisi olehmu, apakah kau mengerti?

      Sungguh aku hanya ingin tahu hatimu
      Samakah sepertiku?
      Atau mungkin hanya menipu?
      Entahlah…..aku tak tahu

Puisi...


Asa Penanti
By. Dhie
Harapan itu terus ada
Bisa menenangkan jiwa
Membuat hati terluka
Atau bahkan teraniaya
Asa
Cinta
Hampa
Sangat terasa di dalam dada
Semua terserah waktu
Tak bisa menentu
Memutar tak ada yang mampu
Untuk menunggu saat bertemu
Apapun yang terjadi
Jiwa dan raga ini
Hati dan batin ini
Akan ikhlas menanti

CERPEN

Karena...
Foto itu terus dipandanginya. Masih tersimpan rapi di dalam sebuah album yang cantik. Kenangan yang begitu berharga baginya, kenangan dirinya waktu masih ABG ketika SMP kelas VIII 5 tahun yang lalu.
Ada satu foto yang selalu membuatnya tersenyum, foto dirinya bersama seseorang yang pernah menarik perhatiannya. Dimas, seseorang yang hilang entah kemana dan sampai sekarang pun masih dirindukannya dan disimpan pemberiannya, walau hanya sebuah sapu tangan.

$ $ $

Ketika itu dirinya di masa SMP sedang menangis di perpustakaan karena membaca cerita yang begitu menyayat hati, kisah anak yang ditinggal orangtuanya karena kecelakaan.
“Gitu aja nangis, cengeng banget sih! Aku aja yang udah baca sampe 10 kali nggak pernah nangis tuh! Nih, buat bersihin ingus kamu”,  Dimas masa ABG menggodanya seraya memberikan sapu tangannya dengan tersenyum manis.
Tentu saja Eva yang begitu menghayati cerita yang dibacanya langsung menghapus air matanya dengan cepat. “Apa-apaan sih? Siapa lagi yang ingusan? Emang aku kalo nangis kayak kamu apa?”, ketus Eva masih dengan matanya yang merah karena menangis dan mendorong tangan Dimas yang menawarinya sapu tangan.
“Kayak pernah liat aku nangis aja! Udah deh, nggak usah ngelak! Daritadi juga srat-srot gitu kan??? Emangnya aku nggak denger apa?”, Dimas tertawa sambil menjulurkan lidahnya mengejek Eva.
“Ih…resek banget sih!! Udah sana pergi!”, Eva mendorong Dimas menyuruhnya menjauh.
Dimas menertawakan Eva. “Dasar cengeng! Tuh sapu tangannya di meja, gratis kok!”, Dimas berbalik berlalu menuju pintu keluar perpustakaan.
“Heh!! Siapa juga yang mau sapu tangan kamu? Dimas…!!!”, kali ini suara Eva terdengar keras, namun Dimas tak menghiraukannya.
“Sssssssstttttttt……..!!! Ribut amat sih, lagi konsen baca ni!”, ketus seorang siswi yang juga sedang membaca di sana.
“Oh iya..maaf!”, Eva kembali duduk dan memandangi sapu tangan biru yang diberikan Dimas, kemudian tersenyum. “Aku simpen aja deh!”, batinnya.
Semenjak itu, Eva dan Dimas menjadi akrab bahkan sangat dekat. Pulang sekolah lebih memilih naik bis berdua daripada dijemput. Dan itu membuat Eva menyimpan perasaan untuk Dimas. Entah perasaan apa, ia tak tahu. Karena waktu itu dirinya begitu mungil untuk mengerti arti cinta dan perasaan. \
Hingga suatu saat, ketika Eva akan mengembalikan sapu tangan ke rumah Dimas, ternyata Dimas dan keluarganya telah meninggalkan kota ini dan pindah entah kemana tanpa ada kabar dari Dimas. Sedih, kecewa, resah, benci, semua bercampur aduk jadi satu. Dan Eva berharap Dimas akan menghubunginya secepatnya.

$ $ $

“Jadi kan ke toko bukunya Va?”, Tanya Afi, sahabatnya setelah mata kuliah hari ini usai.
“Ya iya dong, kan aku mau nyari buku buat karya ilmiah aku, siapa tau disana ada Dimas!”, Eva begitu berharap asanya untuk bertemu Dimas terkabul.
“Dimas lagi…Dimas lagi…emang bakal ketemu lagi apa?”, Afi mencibir.
“Iya donk, itu harapan aku yang paling gede diantara harapan-harapan gede aku yang lain Fi!! ”, matanya menerawang ke atas membayangkan seandainya harapannya terkabul untuk bisa bertemu Dimas. Bibirnya lalu tersenyum.
“Jadi penasaran sama muka Dimas yang sekarang, kecilnya aja manis, apalagi sekarang ya?”, Afi terlihat membayangkan.
“Eits….nggak boleh ada yang mikirin Dimas selain aku!”, alis mata Eva berkerut kesal. Lalu mereka berdua saling tertawa.

$ $ $

15 menit akhirnya mereka sampai di toko buku tujuan mereka. Keduanya berpencar, Eva mencari buku untuk sumber karya ilmiahnya, dan Afi selalu saja memburu novel-novel terbaru bulan ini.
Setelah mendapatkan apa yang dibutuhkan, Eva berjalan ke arah Afi. Langkahnya terhenti, matanya menangkap sosok orang yang sangat dikenalnya sedang ada di kasir. “Dimas!”, ucapnya berbisik.
Kakinya melangkah menuju kasir, namun laki-laki yang dianggap Dimas oleh Eva dan memakai jaket coklat tersebut melangkahkan kakinya dengan cepat. Sekuat mungkin Eva menyusulnya.
“Dimas…..!” panggilnya dengan setengah berlari. Matanya terus mengikuti langkah orang yang menurutnya itu adalah Dimas.
Afi yang mendengar teriakan Eva menolehkan kepalanya dan ikut mengejar Eva dari belakang.
Eva terus memanggilnya namun suaranya tenggelam di tengah keramaian orang banyak sehingga tak begitu terdengar. Dan Eva terus berlari mengikuti orang tersebut. Matanya tak pernah lepas dari objek yang sedang diikutinya. Tapi mengapa orang ini berjalan begitu cepat, dan membuat Eva lelah, langkahnya pun terhenti, air mata mulai mengalir di pipinya.
Afi yang sedari tadi ikut berlari mengikuti Eva terlihat sedang mengatur nafasnya yang tak beraturan. Lalu tangannya memeluk Eva.
“Itu Dimas Fi, aku pasti nggak salah kok!”, Eva meyakinkan kepada Afi bahwa yang dilihatnya itu benar-benar Dimas.
“Va, udah yuk kita pulang aja!”, ajak Afi dan merangkul pundak Eva berbalik menuju toko buku yang tadi didatangi mereka, karena disana motor mereka di parkir.

$ $ $

Seperti biasa, dikala hati sedih dan sepi Eva melarikan hatinya dan menghibur diri dengan bergabung di salah satu jejaring sosialnya dengan netbook kesayangannya. Terkadang status-status temannya membuat Eva tertawa dan juga saling bersapa dengan teman-temannya yang sekarang kuliah di kota yang berbeda-beda, itu cukup membuat dirinya terhibur dan melupakan masalahnya.
Matanya memandang ke arah inbox yang tak pernah dibukanya. Tangannya dengan lincah memindahkan kursor ke arah inbox lalu mengkliknya. Siapa tau ada pesan dari sahabat-sahabat lamanya.
Bener saja, ada pesan dari Winda, sahabat SMPnya yang sekarang kuliah di Bandung menanyakan kabarnya. Lalu di bawah pesan Winda ada juga pesan dari seseorang yang tak akan pernah dilupakan Eva, ADITYA DIMAS ANTARA, jelas sekali namanya tertulis.
Matanya tak berkedip sedikitpun, terus menatap ke pesan tersebut lalu mencubit pipinya seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang. Yah…dirinya tak sedang bermimpi, itu benar-benar pesan dari Dimas, orang yang selama 5 tahun ini sedang dicarinya. Tak ragu-ragu Eva pun mengklik pesan tersebut dan membacanya.

Hallo Eva!
gimana kabar kamu Va? Boleh kirim nomor hp kamu?

Singkat, jelas dan padat namun sangat berarti sekali untuk Eva. Dan yang membuat Eva sedikit menyesal, hampir tiap malam dia membuka jejaring sosialnya itu, tapi kenapa tak pernah terpikir untuk membuka inboxnya. Pedangkan pesan itu sudah dikirim 3 hari yang lalu oleh Dimas.
Dengan lincah tangannya mengetik tombol-tombol huruf di netbooknya untuk membalas pesan tersebut.

Hei Dim aku baik, kamu sendiri? Ini nomor hp aku 08290xxxxx
Aku tunggu ya telponnyaJ

Ada senyum bahagia disana. Memang semua tergantung waktu, pasti ada saatnya kita akan dihadapkan dengan harapan nyata kita yang datang tak diduga. Tak sabar rasanya, kapan Dimas akan membalas pesannya.
Link halaman Dimas diklik olehnya. Ada foto profil Dimas disana beserta infonya. Tak berbeda dengan masa SMP dulu, wajah Dimas masih terlihat manis. Ternyata Dimas sekarang melanjutkan kuliahnya di Makasar fakultas kedokteran. WHAT A WONDERFUL THIS WORLD…!!!

$ $ $

Tiga  hari setelah Eva membaca pesan dari Dimas, pikirannya tak pernah lepas dari Dimas. Malam ini Eva sedang berbaring di tempat tidurnya, ponsel disampingnya terus diamati. Mengapa sampai sekarang Dimas pun belum menghubunginya, padahal nomor handphone-nya pasti sudah diterima oleh Dimas.
Baru saja matanya akan terpejam, ponsel di genggaman tangannya berdering. Nomor baru tertera di layar.
“Halo ini Eva…ini siapa ya?”
“Eva?  Ini aku Dimas!!!
Eva terdiam tak bisa berkata-kata. Orang yang selalu ada di pikirannya dan terus di carinya, sekarang sedang berbicara dengannnya saat ini bahkan detik ini juga.
“Halo? Eva?”, Dimas memanggil Eva karena tak ada suara dari seberang.
“Eh…Dimas..iya bener banget, ini Eva! Kamu apa kabar?”
Mereka berdua pun terlarut dalam pembicaraan yang begitu seru dan pastinya menyenangkan. Setelah 5 tahun, baru inilah pertama kalinya mereka saling berbicara lagi. Dan ini sangat berarti bagi Eva dan sangat-sangat berarti dalam hidupnya.
Ternyata sekarang Dimas pulang dari Makasar dalam rangka liburan semester. Jadi mereka berdua pun memutuskan untuk bertemu besok. Akhirnya moment yang ditunggu pun tiba dengan cepat. Hidup itu indah ya..!!!
“Kita ketemunya di kafe tempatnya Shila, temen SMP kita aja ya, kebetulan aku kemarin ketemu sama dia katanya disuruh mampir. Kamu mau aku jemput atau kita ketemu disana?”
“Kita ketemu di sana aja deh, biar nggak ngerepotin kamu juga Dim!”, belum terlalu siap buat Eva untuk bertemu Dimas lebih cepat, biar saja menjadi kejutan di kafe nanti.
“Ngerepotin? Kamu ini kayak sama siapa aja sih Va! Tapi kalau kamu maunya begitu… ya udah kalo gitu kita ketemuan di kafe ya!”, suara Dimas terdengar dewasa di telinga Eva.
“Oke Dim, sampai besok ya!”, wajah Eva begitu ceria malam ini.

$ $ $

Seperti yang telah ditentukan,  jam 2 siang Eva sudah datang di kafe dan menunggu Dimas. Ia tak ingin telat. Biar saja Dimas yang telat, karena itu tak akan membuat Eva kecewa. Lantunan nada indah dari Lyla ‘Detik Terakhir’ mengalun melengkapi suasana kafe yang bernuansa elegan saat ini.
“Kenapa harus detik terakhir sih? Kan ini pertemuan aku sama Dimas untuk yang pertama kalinya setelah 5 tahun!”, batin Eva dan tersenyum membayangkan bagaimana ia akan bereaksi jikalau Dimas datang nanti. Namun ia tak ambil pusing, toh hanya sebuah lagu.
Hampir 20 menit Eva menunggu, tapi mengapa Dimas tak datang juga sampai sekarang. Padahal 10 menit yang lalu, Dimas mengirimkan sms bahwa dirinya sekarang dalam perjalanan menuju kafe. Ia tak ingin berpikiran buruk tentang Dimas. Siapa tahu di jalan sedang macet.
Eva terlihat bosan namun terus menyemangati dirinya bahwa Dimas pasti akan datang. Sesekali diseruputnya  jus alpukat di mejanya sambil mengamati terus ponsel di genggamannya, semoga Dimas memberinya kabar bila ada yang terjadi.
Waktu terus berjalan, detik demi detik terlewati. Tepat satu jam sudah Eva menunggu di kafe itu namun Dimas tak kunjung datang. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Dimas tak datang bahkan juga tak mengabarinya? Mengapa semua yang disangka akan berakhir bahagia akan begini jadinya? Keadaan ini membuat Eva kecewa dan resah.
Akhirnya Eva beranjak dari tempat duduknya. Membayar bill lalu melangkahkan kaki meninggalkan kafe. Ia tak langsung menelepon supirnya untuk menjemput, Eva lebih memilih untuk berjalan kaki dengan tujuan ingin menyendiri sebentar. Terlalu mengecewakan untuk Eva yang begitu berharap.
Saat ini dia hanya ingin sendiri.  Kakinya terus menyusuri trotoar sepanjang jalan. Ada air mata disana, entah air mata kekecewaan atau air mata kerinduan yang begitu mendalam. Namun dalam hatinya selalu berdoa, semoga Dimas dalam keadaan sehat selalu seperti yang diharapkan selama ini. Eva tak habis pikir mengapa semuanya jadi mengecewakan seperti ini.

$ $ $

Di sebuah rumah disuatu siang menjelang sore ini terlihat begitu ramai namun tak membuat keramaian. Kecelakaan mobil sekitar jam 13.45 siang tadi, mengakibatkan salah satu anggota keluarga ini pergi untuk selama-lamanya. Ada kesedihan yang tersirat dari setiap wajah orang yang berdatangan disana untuk berduka cita. Langit pun mendung seolah ikut berduka cita akan kehilangannya seseorang yang begitu mereka cintai dan sayangi.
Sebuah karangan bunga di halaman rumah bertuliskan ‘Turut berduka cita atas meninggalnya ‘ADITYA DIMAS ANTARA’. Semoga amal ibadahnya diterima di sisi Yang Maha Kuasa. Amin’.